Sinetron Cinta Fitri

Dulu sih gak begitu suka menonton sinetron Indonesia karena biasanya irrasional. Tapi SCTV telah mengubah pandanganku terhadap sinetron,paling tidak untuk sementara...

“Cinta Fitri” adalah sinetron yang telah mengubah pandanganku. Sinetron ini masuk akal, manusiawi dan beda dari sinetron lain, bahkan sinetron SCTV sekalipun. Awal menonton, aku langsung jatuh cinta dengan greget skenarionya. Kisah cinta antara Fitri dan Farrel mengalir begitu saja. Dua jempol untuk sinetron ini karena alurnya yang cepat dan tak terduga.

Sayang sekali, penyakit sinetron Indonesia kambuh. Ketika rating sinetron ini menanjak, ditandai dengan jam tayang yang dipindah dari jam 9.30 malam menjadi 8.30 malam, skenarionya semakin berbelit-belit. Memang belum sampai tahap “lupa ingatan”, “buta”, dan sebagainya, tapi cukuplah membuat penonton geram. Adegan-adegan yang gak perlu dan berlebihan muncul, memperpanjang durasi dan episode penayangan. Seminggu tidak menonton gak masalah, toh masalahnya masih di situ-situ saja.

Kenapa ketika sinetron ini kelihatannya sudah mau selesai malah diperpanjang dan dibuat berbelit-belit? Padahal coba aja diselesaikan dengan “wajar”, pastilah bisa ditayangkan ulang di siang hari. Penonton akan lebih senang dibandingkan begini. Ada cerita pingsan, koma terus masuk rumah sakit lagi. Yang ada kita jadi heboh membicarakan produser sinetron ini. Apa sih maksudnya selain pendapatan iklan yang lebih banyak? $-) Kenapa dia berpikir terlalu dangkal dan jangka pendek? Sayang banget sinetron bagus begitu dibiarkan tergerogoti penyakit kronis sinetron Indonesia